Friday, August 15, 2008

Siapakah yang Menakjubkan Imannya

“Kudengar kau berkata, “Menurut kalian, siapakah mahluk yang paling menakjubkan i man nya?” Kami jawab serempak, “Malaikat, ya Rasulallah.” “Bagai man a mereka tak beri man , padahal mereka berada di samping Tuhan mereka?” jawabmu.

“Kalau begitu para nabi, ya Rasulallah.” “Bagai man a mereka tak beri man , bukankah wahyu turun kepada mereka?” “Kalau begitu kami, sahabat-sahabatmu, ya Rasulallah.”“Bagai man a kalian tak beri man padaku padahal aku berada di tengah-tengah kalian? Bagai man a sahabat-sahabatku tidak beri man ? Mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan.”

Aku tahu, ya Rasulullah, kami telah saksikan mukjizatmu. Kulihat wajahmu yang bersinar, kulihat air telah mengalir dari sela jemarimu, bagai man a mun gkin kami tak beri man kepadamu. Kalau begitu siapa ya Rasulallah, orang yang kau sebut paling menakjubkan i man nya?

Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. Kami ter man gu. Ah, gerangan siapa mereka itu? Siapa yang kau puji itu, ya Rasulallah? Kutahan nafasku, kucurahkan perhatianku. Dan bibirmu yang mulia mulai bergerak, “Orang yang paling menakjubkan i man nya adalah kaum yang datang sesudahku. Yang beri man kepadaku, padahal mereka tak pernah melihat dan berjumpa denganku. Yang paling menakjubkan i man nya adalah orang yang datang setelah aku tiada. Yang membenarkan aku padahal mereka tak pernah melihatku. Mereka adalah saudara-saudaraku.”

Kami terkejut. “Ya Rasulallah, bukankah kami saudaramu juga?” Kau menjawab, “Benar, kalian adalah para sahabatku. Adapun saudaraku adalah mereka yang hidup setelah aku.

Yang beri man kepadaku padahal mereka tak pernah melihatku. Merekalah yang beri man kepada yang ghaib, yang menunaikan salat, yang men gin fakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka… (QS. Al-Baqarah; 3)”

Kau diam sejenak ya Rasulallah. Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. Kudengar kau berkata, “Alangkah rindunya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku. Alangkah beruntungnya bila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku.”

Suaramu parau dan butiran air mata tergenang di sudut matamu. Kau in gin berjumpa dengan mereka, ya Rasulallah. Kau rindukan mereka, ya Nabiyallah. Kau dambakan mereka, ya Habiballah.. . .

Wahai Rasulullah, kau in gin bertemu dengan mereka yang tak pernah dijumpaimu, mereka yang bibirnya selalu bergetar menggumamkan shalawat untukmu. Kau in gin datang memeluk mereka, memuaskan kerinduanmu. Kau akan datang kepada mereka yang mengunjungimu dengan shalawat. Masih kuingat sabdamu, “Barangsiapa yang datang kepadaku, aku akan memberinya syafaat di hari kiamat.”

Yâ wajîhan ‘ indallâh, isyfa ‘ lanâ ‘ indallâh. Wahai yang mulia di sisi Allah, berikanlah syafaat kepada kami di sisi Allah…

layakkah diri ini mendapat penghormatan itu… .

No comments:

Post a Comment